Anda mungkin sudah sering mendengar tentang kecanggihan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin berkembang pesat. AI adalah teknologi yang mampu melakukan berbagai tugas yang biasanya membutuhkan kemampuan manusia, seperti berbicara, menulis, mengenali wajah, dan lain-lain.

Salah satu contoh AI yang paling populer saat ini adalah ChatGPT, sebuah alat generatif AI yang bisa menghasilkan teks dalam berbagai bahasa dan gaya. ChatGPT bisa menulis artikel, puisi, cerita, kode, tweet, dan banyak lagi hanya dengan diberi sedikit petunjuk atau kata kunci.

Tentu saja, kemampuan AI seperti ChatGPT ini bisa memberikan banyak manfaat bagi manusia, seperti membantu kita dalam belajar, bekerja, berkomunikasi, dan menghibur diri. Namun, di sisi lain, AI juga bisa menjadi ancaman bagi pekerjaan kita, terutama jika AI bisa meniru atau menggantikan keterampilan yang kita miliki.

Lalu, pekerjaan apa saja yang paling berisiko digantikan oleh AI? Menurut sebuah laporan dari situs lowongan kerja Indeed, ada 10 pekerjaan populer dengan keterampilan yang paling bisa ditiru oleh AI seperti ChatGPT. Berikut adalah daftar pekerjaan tersebut beserta persentase keterampilannya yang bisa ditiru oleh AI:

PekerjaanPersentase Keterampilan yang Bisa Ditiru oleh AI
Operator call center99%
Guru bahasa Inggris dan sastra94%
Guru bahasa asing dan sastra93%
Guru sejarah92%
Guru hukum91%
Guru filsafat dan agama90%
Guru sosiologi89%
Guru ilmu politik88%
Penulis konten87%
Editor86%

Mengapa Pekerjaan Ini Berisiko Digantikan oleh AI?

Pekerjaan yang berisiko digantikan oleh AI
Pekerjaan yang berisiko digantikan oleh AI

Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa pekerjaan-pekerjaan di atas berisiko digantikan oleh AI? Apa yang membuat AI bisa meniru keterampilan mereka?

Jawabannya adalah karena pekerjaan-pekerjaan tersebut banyak melibatkan tugas-tugas berbahasa, seperti berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, menerjemahkan, dan lain-lain. Tugas-tugas berbahasa ini ternyata bisa dilakukan dengan baik oleh AI seperti ChatGPT.

Menurut penelitian dari Indeed, tugas-tugas berbahasa ini menyumbang 62% dari total waktu kerja karyawan. Dengan kata lain, lebih dari setengah waktu kerja kita bisa dipengaruhi oleh AI seperti ChatGPT.

AI seperti ChatGPT bisa melakukan tugas-tugas berbahasa ini dengan menggunakan model bahasa besar (LLM) yang mampu memahami dan menghasilkan teks dalam berbagai bahasa dan gaya. LLM adalah sebuah sistem AI yang dilatih dengan data teks besar-besaran dari internet atau sumber lainnya.

Salah satu contoh LLM adalah GPT-4, versi terbaru dari ChatGPT yang dikembangkan oleh OpenAI. GPT-4 adalah LLM terbesar saat ini dengan kapasitas 175 miliar parameter. Parameter adalah nilai-nilai yang menentukan bagaimana sistem AI memproses data masukan dan menghasilkan data keluaran.

Dengan kapasitas sebesar itu, GPT-4 bisa menghasilkan teks yang sangat realistis dan kreatif. GPT-4 juga bisa menyesuaikan gaya bahasanya sesuai dengan konteks dan tujuan teksnya. Misalnya, GPT-4 bisa menulis teks formal untuk artikel ilmiah, teks informal untuk blog pribadi, teks persuasif untuk iklan, teks humoris untuk komedi, dan lain-lain.

Dengan kemampuan seperti ini, tidak heran jika AI seperti ChatGPT bisa meniru atau menggantikan keterampilan berbahasa yang dibutuhkan oleh pekerjaan-pekerjaan di atas. Misalnya, AI bisa menjadi operator call center yang bisa menjawab pertanyaan pelanggan dengan cepat dan ramah. AI juga bisa menjadi guru yang bisa mengajar bahasa dan sastra dengan menarik dan interaktif. AI bahkan bisa menjadi penulis konten atau editor yang bisa menghasilkan teks berkualitas dan SEO-friendly.

Apa yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghadapi Ancaman AI?

Pekerjaan yang berisiko digantikan oleh AI
Pekerjaan yang berisiko digantikan oleh AI

Jika pekerjaan Anda termasuk dalam daftar di atas, apakah Anda harus khawatir dengan ancaman AI? Apakah Anda harus mencari pekerjaan lain yang lebih aman dari AI?

Jawabannya adalah tidak perlu. Meskipun AI seperti ChatGPT memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi AI tetap tidak bisa menggantikan manusia sepenuhnya. Ada beberapa hal yang masih tidak bisa dilakukan oleh AI, seperti:

  • Berpikir kritis dan kreatif. AI mungkin bisa menghasilkan teks yang realistis dan kreatif, tetapi AI tidak bisa berpikir secara kritis dan kreatif seperti manusia. AI tidak bisa menilai apakah teksnya benar, relevan, atau bermakna. AI juga tidak bisa menciptakan ide-ide baru yang belum pernah ada sebelumnya.
  • Berinteraksi secara emosional dan sosial. AI mungkin bisa berkomunikasi dengan bahasa manusia, tetapi AI tidak bisa berinteraksi secara emosional dan sosial seperti manusia. AI tidak bisa merasakan atau mengekspresikan emosi, seperti senang, sedih, marah, atau takut. AI juga tidak bisa membangun hubungan sosial yang baik dengan orang lain, seperti teman, kolega, atau pelanggan.
  • Bertanggung jawab secara etis dan moral. AI mungkin bisa melakukan tugas-tugas sesuai dengan aturan atau instruksi yang diberikan, tetapi AI tidak bisa bertanggung jawab secara etis dan moral seperti manusia. AI tidak bisa membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan salah, atau yang adil dan tidak adil. AI juga tidak bisa menghormati hak dan kewajiban orang lain.

Oleh karena itu, pekerjaan kita masih aman dari ancaman AI selama kita masih memiliki hal-hal di atas yang tidak bisa ditiru oleh AI. Kita masih bisa memberikan nilai tambah bagi pekerjaan kita dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, berinteraksi secara emosional dan sosial, dan bertanggung jawab secara etis dan moral.

Namun, kita juga tidak boleh lengah dengan perkembangan AI. Kita harus tetap belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru agar kita tidak tertinggal atau tergantikan oleh AI. Kita harus meningkatkan keterampilan kita sesuai dengan kebutuhan zaman.

Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan kita adalah dengan melakukan reskilling atau pembelajaran ulang. Reskilling adalah proses belajar keterampilan baru atau meningkatkan keterampilan lama agar sesuai dengan pekerjaan masa depan.

Menurut Accenture, reskilling adalah kunci bagi perusahaan untuk berhasil menggunakan AI secara efektif. Perusahaan harus membangun bakat dalam kompetensi teknis seperti rekayasa AI dan arsitektur perusahaan, serta melatih orang-orang di seluruh organisasi untuk bekerja efektif dengan proses berbasis AI.

Selain reskilling, kita juga harus melakukan upskilling atau peningkatan kualitas. Upskilling adalah proses belajar keterampilan tambahan atau lebih tinggi agar lebih unggul dalam pekerjaan kita.

Menurut World Economic Forum, ada beberapa keterampilan yang diharapkan akan tumbuh pesat di masa depan, seperti:

  • Keterampilan AI dan machine learning
  • Keterampilan analisis data dan ilmu data
  • Keterampilan transformasi digital
  • Keterampilan pemecahan masalah kompleks
  • Keterampilan berpikir kritis dan analitis
  • Keterampilan kreativitas dan inovasi
  • Keterampilan kepemimpinan dan pengelolaan orang
  • Keterampilan komunikasi dan kolaborasi
  • Keterampilan adaptabilitas dan fleksibilitas
  • Keterampilan belajar seumur hidup dan pertumbuhan pribadi
  • Keterampilan emosional dan sosial

Dengan memiliki keterampilan-keterampilan di atas, kita bisa meningkatkan kualitas pekerjaan kita dan memberikan nilai tambah yang tidak bisa ditiru oleh AI. Kita juga bisa memanfaatkan AI sebagai alat bantu yang bisa membantu kita dalam melakukan tugas-tugas yang berulang, membosankan, atau berbahaya.

Kesimpulan

AI seperti ChatGPT adalah teknologi yang luar biasa yang bisa memberikan banyak manfaat bagi manusia. Namun, AI juga bisa menjadi ancaman bagi pekerjaan kita, terutama jika AI bisa meniru atau menggantikan keterampilan yang kita miliki.

Oleh karena itu, kita harus tetap belajar dan beradaptasi dengan perkembangan AI agar kita tidak tertinggal atau tergantikan oleh AI. Kita harus meningkatkan keterampilan kita sesuai dengan kebutuhan zaman dengan melakukan reskilling dan upskilling.

Kita juga harus mempertahankan hal-hal yang tidak bisa ditiru oleh AI, seperti kemampuan berpikir kritis dan kreatif, berinteraksi secara emosional dan sosial, dan bertanggung jawab secara etis dan moral. Dengan begitu, kita bisa menjaga pekerjaan kita tetap aman dari ancaman AI.

Demikian artikel saya tentang 10 pekerjaan populer dengan keterampilan yang bisa ditiru oleh AI seperti ChatGPT. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengetahui lebih banyak tentang dampak AI terhadap pekerjaan kita. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai habis. Jika Anda memiliki saran atau komentar, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini.

Keyword utama: Pekerjaan yang berisiko digantikan oleh AI

Keyword turunan: Pekerjaan populer dengan keterampilan yang bisa ditiru oleh AI, Kemampuan ChatGPT sebagai alat generatif AI, Cara meningkatkan keterampilan untuk menghadapi ancaman AI

Tag relevan: AI, ChatGPT, Pekerjaan, Keterampilan, Reskilling, Upskilling

Categorized in: